<a href="https://www.sobatbuku.com/article/6335630c60d23703c4ee8e69/Apa%20itu%20Faktur%20Pajak%3F">Faktur Pajak</a> adalah sebuah bukti yang dibuat <a href="https://www.sobatbuku.com/article/646736b8a0055bd9d7578845/Sobat%20Belajar%3A%20Apa%20Itu%20Pengusaha%20Kena%20Pajak%3F%20">Pengusaha Kena Pajak</a> karena adanya <a href="https://www.sobatbuku.com/article/6384965260d23703c4ef594f/Sistem%20Pemungutan%20Pajak%20di%20Indonesia">pemungutan pajak</a> atas barang dan atau jasa kena pajak. Pemungutan Pajak yang dimaksud adalah Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).&nbsp;Didalam <a href="https://www.sobatpajak.com/article/649965ac33e4ece4dab2443a/Sobat%20Belajar%3A%20Macam%20%E2%80%93%20Macam%20Kode%20Dalam%20Faktur%20Pajak%20">faktur pajak</a> ada data-data, seperti Nomor Seri Faktur Pajak, NPWP, nama, alamat dan sebagainya. Faktur pajak harus dibuat atas semua transaksi yang ada <a href="https://www.sobatbuku.com/article/645c8e68a0055bd9d7575834/Pahami%20Perbedaan%20dari%20Pemungutan%20dan%20Pemotongan%20Pajak">pemungutan</a> pajaknya. Jika memilki banyak transaksi, maka banyak juga faktur pajaknya. Sebagai manusia tidak mungkin tidak melakukan kesalahan, begitu juga dalam pembuatan faktur pajak. Faktur pajak yang salah harus dibetulkan dengan membuat Faktur Pajak Pengganti atau faktur pajak tersebut dapat dibatalkan agar pada saat di periksa&nbsp;sesuai dengan yang terjadi sebenarnya. Faktur Pajak Pengganti dan pembatalan faktur pajak ini diatur pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak. Nomor <a href="https://www.bing.com/ck/a?!&amp;&amp;p=b865ed9ed259bdc4JmltdHM9MTY4OTAzMzYwMCZpZ3VpZD0zM2Y1YjM1Mi0xOTczLTZhYzEtMDVhYy1hMWU5MTgyNTZiNTkmaW5zaWQ9NTE3OA&amp;ptn=3&amp;hsh=3&amp;fclid=33f5b352-1973-6ac1-05ac-a1e918256b59&amp;psq=PER-24%2fPJ%2f2012+pajakku&amp;u=a1aHR0cHM6Ly93d3cucGFqYWtrdS5jb20vdGF4LWd1aWRlLzk4NzcvUEVSX0RJUkpFTl9QSksvUEVSLTI0L1BKLzIwMTI&amp;ntb=1">PER-24/PJ/2012</a> sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor <a href="https://www.bing.com/ck/a?!&amp;&amp;p=38fd290958436af1JmltdHM9MTY4OTEyMDAwMCZpZ3VpZD0zM2Y1YjM1Mi0xOTczLTZhYzEtMDVhYy1hMWU5MTgyNTZiNTkmaW5zaWQ9NTE4MQ&amp;ptn=3&amp;hsh=3&amp;fclid=33f5b352-1973-6ac1-05ac-a1e918256b59&amp;psq=PER-11%2fPJ%2f2022+pajakku&amp;u=a1aHR0cHM6Ly93d3cucGFqYWtrdS5jb20vdGF4LWd1aWRlLzEyNjI2L1BFUl9ESVJKRU5fUEpLL1BFUiUyMC0lMjAxMS9QSi8yMDIy&amp;ntb=1">PER-11/PJ/2022.</a>
<h2 style="text-align: justify;">&nbsp;</h2>
<h2 style="text-align: justify;">Faktur Pajak Pengganti&nbsp;</h2>
Faktur pajak pengganti adalah faktur yang dibuat jika terjadi kesalahan atau kekeliruan pada faktur sebelumnya atas transaksi yang sama. Kesalahan atau kekeliruan dalam pembuatan faktur yang biasanya terjadi, seperti:&nbsp;
<ul style="text-align: justify;">
<li data-leveltext="-" data-font="Calibri" data-listid="9" data-list-defn-props="{&quot;335552541&quot;:1,&quot;335559683&quot;:0,&quot;335559684&quot;:-2,&quot;335559685&quot;:720,&quot;335559991&quot;:360,&quot;469769226&quot;:&quot;Calibri&quot;,&quot;469769242&quot;:[8226],&quot;469777803&quot;:&quot;left&quot;,&quot;469777804&quot;:&quot;-&quot;,&quot;469777815&quot;:&quot;hybridMultilevel&quot;}" aria-setsize="-1" data-aria-posinset="1" data-aria-level="1">Kesalahan dalam mengisi kode detail transaksi pada nomor faktur&nbsp;</li>
<li data-leveltext="-" data-font="Calibri" data-listid="9" data-list-defn-props="{&quot;335552541&quot;:1,&quot;335559683&quot;:0,&quot;335559684&quot;:-2,&quot;335559685&quot;:720,&quot;335559991&quot;:360,&quot;469769226&quot;:&quot;Calibri&quot;,&quot;469769242&quot;:[8226],&quot;469777803&quot;:&quot;left&quot;,&quot;469777804&quot;:&quot;-&quot;,&quot;469777815&quot;:&quot;hybridMultilevel&quot;}" aria-setsize="-1" data-aria-posinset="2" data-aria-level="1">Nama lawan transaksi&nbsp;</li>
<li data-leveltext="-" data-font="Calibri" data-listid="9" data-list-defn-props="{&quot;335552541&quot;:1,&quot;335559683&quot;:0,&quot;335559684&quot;:-2,&quot;335559685&quot;:720,&quot;335559991&quot;:360,&quot;469769226&quot;:&quot;Calibri&quot;,&quot;469769242&quot;:[8226],&quot;469777803&quot;:&quot;left&quot;,&quot;469777804&quot;:&quot;-&quot;,&quot;469777815&quot;:&quot;hybridMultilevel&quot;}" aria-setsize="-1" data-aria-posinset="3" data-aria-level="1">Alamat lawan transaksi&nbsp;</li>
<li data-leveltext="-" data-font="Calibri" data-listid="9" data-list-defn-props="{&quot;335552541&quot;:1,&quot;335559683&quot;:0,&quot;335559684&quot;:-2,&quot;335559685&quot;:720,&quot;335559991&quot;:360,&quot;469769226&quot;:&quot;Calibri&quot;,&quot;469769242&quot;:[8226],&quot;469777803&quot;:&quot;left&quot;,&quot;469777804&quot;:&quot;-&quot;,&quot;469777815&quot;:&quot;hybridMultilevel&quot;}" aria-setsize="-1" data-aria-posinset="4" data-aria-level="1">Pencantuman barang atau jasa yang dituliskan pada faktur&nbsp;</li>
<li data-leveltext="-" data-font="Calibri" data-listid="9" data-list-defn-props="{&quot;335552541&quot;:1,&quot;335559683&quot;:0,&quot;335559684&quot;:-2,&quot;335559685&quot;:720,&quot;335559991&quot;:360,&quot;469769226&quot;:&quot;Calibri&quot;,&quot;469769242&quot;:[8226],&quot;469777803&quot;:&quot;left&quot;,&quot;469777804&quot;:&quot;-&quot;,&quot;469777815&quot;:&quot;hybridMultilevel&quot;}" aria-setsize="-1" data-aria-posinset="5" data-aria-level="1">Harga satuan&nbsp;</li>
<li data-leveltext="-" data-font="Calibri" data-listid="9" data-list-defn-props="{&quot;335552541&quot;:1,&quot;335559683&quot;:0,&quot;335559684&quot;:-2,&quot;335559685&quot;:720,&quot;335559991&quot;:360,&quot;469769226&quot;:&quot;Calibri&quot;,&quot;469769242&quot;:[8226],&quot;469777803&quot;:&quot;left&quot;,&quot;469777804&quot;:&quot;-&quot;,&quot;469777815&quot;:&quot;hybridMultilevel&quot;}" aria-setsize="-1" data-aria-posinset="6" data-aria-level="1">Nilai DPP-PPN-PPnBM&nbsp;</li>
<li data-leveltext="-" data-font="Calibri" data-listid="9" data-list-defn-props="{&quot;335552541&quot;:1,&quot;335559683&quot;:0,&quot;335559684&quot;:-2,&quot;335559685&quot;:720,&quot;335559991&quot;:360,&quot;469769226&quot;:&quot;Calibri&quot;,&quot;469769242&quot;:[8226],&quot;469777803&quot;:&quot;left&quot;,&quot;469777804&quot;:&quot;-&quot;,&quot;469777815&quot;:&quot;hybridMultilevel&quot;}" aria-setsize="-1" data-aria-posinset="7" data-aria-level="1">Isi pembayaran uang muka atau termin&nbsp;</li>
</ul>
Dengan dibuatnya Faktur Pajak Digganti, bukan berarti bahwa Faktur Pajak Normal nya akan hilang. Melainkan, Faktur Pajak Normal dan Faktur Pajak Pengganti harus tetap ada dan tersimpan pada rekaman data pihak penerbit dan juga harus diinput oleh pihak pembeli.&nbsp;
Pada faktur pajak pengganti akan tetap menggunakan <a href="https://www.sobatbuku.com/article/633ea57560d23703c4eea4e1/Nomor%20Seri%20Faktur%20Pajak%20(NSFP)%20dan%20Cara%20Mendapatkannya%20untuk%20PKP">Nomor Seri Faktur Pajak</a> yang digunakan pada faktur pajak yang telah dibuat sebelumnya, namun pembedanya terletak pada&nbsp;Kode Status Faktur Pajak. Dimana, kode status faktur pajak (digit ke &ndash;3) yang awalnya adalah 0 yang menandakan Faktur Pajak Normal akan berubah&nbsp;menjadi kode 1 yang menandakan faktur pajak pengganti. Kode status faktur pajak akan tetap sama, walaupun faktur pajak pengganti sudah dilakukan beberapa kali.&nbsp;
Setelah membuat Faktur Pajak Pengganti, maka kolom status Faktur pada faktur normal yang sudah dilakukan penggantian dirubah statusnya dari Normal menjadi Diganti, sedangkan pada faktur pajak pengganti statusnya akan menjadi Normal &ndash; Pengganti&nbsp;
Dampak yang ditimbulkan pun akan dirasakan oleh kedua pihak, baik pihak penjual maupun pembeli. Dampak bagi penjual adalah timbul kewajiban untuk memperbaiki SPT Masa PPN pada masa pajak ketika terjadi kesalahan dalam pembuatan faktur pajak normal tersebut. Dimana nantinya faktur pajak pengganti akan dilaporkan pada SPT Masa PPN pada masa pajak yang sama dengan masa pajak dilaporkannya faktur pajak yang dibuat penggantinya. Sedangkan, dampak bagi pembeli adalah ketika pembeli melakukan pengkreditan pajak masukan atas PPN pada faktur pajak yang telah digantikan oleh PKP penjual. Maka, pembeli wajib membetulkan SPT masa PPN pada masa faktur pajak pengganti dilaporkan. &nbsp;
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">Faktur Pajak Pembatalan&nbsp;</h2>
Jika ada terjadi pembatalan dalam suatu transaksi yang terutang PPN dan sudah dibuat fakturnya, maka Pengusaha Kena Pajak harus melakukan pembatalan atas faktur yang dibuat. Selain hal tersebut, pembatalan faktur pajak juga dilakukan atas pembetulan data yang tidak bisa diperbaiki dengan menggunakan faktur pajak pengganti, seperti kesalahan penginputan data NPWP. Pembatalan faktur pajak ini harus didukung dengan bukti yang kuat seperti dokumen pembatalan transaksi. Selain itu, Pengusaha Kena Pajak Penjual yang membatalkan Faktur Pajak harus mengirimkan surat pemberitahuan dan copy dari Faktur Pajak yang dibatalkan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak Penjual dikukuhkan dan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak Pembeli dikukuhkan.&nbsp;&nbsp;
Jika Faktur Pajak yang dibatalkan belum dilaporkan pada <a href="https://www.sobatbuku.com/article/636b686c60d23703c4ef1154/Perbedaan%20SPT%20Masa%20dan%20SPT%20Tahunan">Surat Pemberitahuan Masa</a> Pajak Pertambahan Nilai, Pengusaha Kena Pajak Penjual tetap harus melakukan pelaporan dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63d3a8ed2eaf429b8e96d884/PPN%20dan%20Cara%20Menghitungnya">PPN</a> atau PPN dan <a href="https://www.sobatbuku.com/article/642b8e7ea0055bd9d756b223/Sobat%20Belajar%3A%20%20Mari%20Mengenal%20Pajak%20Penjualan%20atas%20Barang%20Mewah%20(PPnBM)">PPnBM</a>. Namun, jika sudah melakukan pelaporan faktur pajak yang dibatalkan sebagai Faktur Pajak Keluaran, Pengusaha Kena Pajak harus melakukan pembetulan SPT Masa PPn dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.&nbsp;&nbsp;
Penggantian atau pembatalan faktur pajak dapat dilakukan selama <a href="https://www.sobatpajak.com/article/648199ba99fb81039b3e66cf/Sobat%20Belajar%3A%20Tata%20Cara%20Pencabutan%20Status%20PKP%20">PKP</a>, baik pihak penjual ataupun pembeli belum menerima verifikasi SPT Masa PPN atau belum dilakukan pemeriksaan.&nbsp;
&nbsp;
Demikianlah pembahasan lebih dalam mengenai faktur pajak pengganti dan pembatalan faktu pajak. Jika Sobat ingin mencari informasi lainnya terkait UMKM, perpajakan, dan berita terkini, silahkan kunjungi website kami di<a href="http://sobatbuku.com/"> Sobat Buku</a> dan<a href="http://sobatpajak.com/"> Sobat Pajak,</a> atau melalui media sosial kami di<a href="https://instagram.com/sobatpajak.id/"> Instragram</a> dan<a href="https://www.facebook.com/sobatpajak.id"> Facebook</a>.<span data-ccp-props="{&quot;134233117&quot;:false,&quot;134233118&quot;:false,&quot;201341983&quot;:0,&quot;335551550&quot;:6,&quot;335551620&quot;:6,&quot;335559738&quot;:0,&quot;335559739&quot;:0,&quot;335559740&quot;:259}">&nbsp;

Faktur Pajak adalah sebuah bukti yang dibuat Pengusaha Kena Pajak karena adanya pemungutan pajak atas barang dan atau jasa kena pajak. Pemungutan Pajak yang dimaksud adalah Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Didalam faktur pajak ada data-data, seperti Nomor Seri Faktur Pajak, NPWP, nama, alamat dan sebagainya. Faktur pajak harus dibuat atas semua transaksi yang ada pemungutan pajaknya. Jika memilki banyak transaksi, maka banyak juga faktur pajaknya. Sebagai manusia tidak mungkin tidak melakukan kesalahan, begitu juga dalam pembuatan faktur pajak. Faktur pajak yang salah harus dibetulkan dengan membuat Faktur Pajak Pengganti atau faktur pajak tersebut dapat dibatalkan agar pada saat di periksa sesuai dengan yang terjadi sebenarnya. Faktur Pajak Pengganti dan pembatalan faktur pajak ini diatur pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Sobat Belajar: Faktur Pajak Pengganti dan Pembatalan Faktur Pajak 

Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan memilih dan menetapkan lokasi bisnis atau usaha yang mereka jalankan adalah jenis atau tipe perusahaan dan jenis barang atau jasa yang mereka hasilkan, disamping itu ada juga pertimbangan lainnya terkait dengan jarak ke <a href="https://www.sobatbuku.com/article/635b9e8360d23703c4eee8ac/Bangga%20Buatan%20Indonesia!%20UMKM%20Lokal%20Jadi%20Pemasok%20Suvenir%20Resmi%20KTT%20G20">pemasok</a>, jangkauan pasar, infrastruktur seperti ketersediaan dan kondisi jalan raya penghubung maupun fasilitas-fasilitas pendukung kinerja perusahaan lainnya, ketersediaan layanan listrik maupun internet, jangkauan pasar, pertimbangan berupa keberadaan dan lokasi pesaing usaha dan lain sebagainya. Selain hal-hal terkait dengan faktor ekonomi, pemilihan dan jenis lokasi perusahaan sering kali juga ditentukan ataupun dipengaruhi oleh faktor lain yang memang tidak bisa dihindari perusahaan jika memang berniat untuk menjalankan bisnis tertentu sebagaimana tujuan dan visi spesifiknya.
Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi suatu perusahaan dalam menetapkan lokasi usahanya&nbsp;
<ol style="text-align: justify;">
<li> Letak pasar.</li>
<li> Letak sumber bahan baku.&nbsp;</li>
<li> Ketersediaan tenaga kerja.</li>
<li> Ketersediaan tenaga listrik.</li>
<li> Ketersediaan air.</li>
<li> Fasilitas pengangkutan.</li>
<li> Pelayanan kesehatan, keamanan, dan pencegahan kebakaran.</li>
<li> Peraturan pemerintah setempat.</li>
<li>Sikap masyarakat.</li>
<li>Biaya dari tanah dan bangunan.</li>
<li> Luas parkir.</li>
<li> Saluran pembuangan.</li>
<li> Kemungkinan perluasan.</li>
<li> Lebar jalan.</li>
</ol>
&nbsp;
Selain faktor-faktor di atas, terdapat juga beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tempat atau lokasi usaha, yaitu:&nbsp;
1. Aksesibilitas&nbsp;
Kemudahan akses untuk menjangkau tempat tersebut, baik oleh kendaraan atau pejalan kaki.
2. Visibilitas&nbsp;
Lokasi yang terlihat jelas dengan jarak pandang yang normal tentu lebih baik.
3. Lalu lintas (traffic)&nbsp;
Menyangkut dua pertimbangan utama, yaitu: banyaknya orang yang lalu lalang dan kondisi lalu lintas&nbsp;
4. Tempat parkir yang memadai&nbsp;
Menyediakan tempat parkir yang luas dan mencukupi serta nyaman, baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat.
5. Lingkungan&nbsp;
Faktor lingkungan sekitar juga penting diperhatikan, meliputi daerah sekitar yang dapat mendukung produk yang ditawarkan.
6. Persaingan&nbsp;
Lokasi <a href="https://www.sobatbuku.com/article/649954ab6ddfbe64f4b51b8a/Ide%20Bisnis%20Sobat%20Ditiru%20Kompetitor%3F%20Ini%20Tips%20Menghadapinya!%C2%A0%C2%A0">kompetitor</a> juga menjadi faktor yang harus dipertimbangkan. Sebagai contoh, dalam menentukan lokasi, perlu dipertimbangkan apakah di daerah yang sama atau minimal jaraknya tidak terlalu jauh terdapat pengusaha/perusahaan sejenis.
&nbsp;
Pertimbangan-pertimbangan di atas dapat memiliki penekanan dan konsentrasi yang berbeda-beda antara perusahaan satu dengan perusahaan lain sesuai dengan tipe atau jenis bisnis yang mereka miliki. Faktor tanah dan ketersediaan air juga merupakan salah satu pertimbangan penting dalam menetapkan suatu lokasi pabrik ataupun perusahaan, mengingat faktor ini merupakan faktor mutlak yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pertimbangan mengenai faktor kebutuhan tanah, selain menyangkut masalah pembiayaan juga terkait dengan topografi yang terdapat di suatu daerah sebagai lokasi perusahaan. Topografi tersebut selanjutnya disertai dengan pertimbangan mengenai struktur tanah, kondisi iklim/cuaca, dan pajak. Faktor berupa pasar akan ditentukan oleh besarnya permintaan yang biasa terjadi di lingkungan tersebut, selain juga dipengaruhi besarnya <a href="https://www.sobatbuku.com/article/634cc91e60d23703c4eec450/Unsur%20dan%20Jenis%20Biaya%20Produksi">biaya produksi</a> atas produk-produk perusahaan di suatu daerah tertentu.&nbsp;
Pemilihan dan penetapan suatu lokasi usaha akan sangat menentukan keberlangsungan hidup dari sebuah perusahaan di tengah-tengah <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63eb66ad2eaf429b8e9733bc/Tips%20Menghadapi%20Persaingan%20Bisnis">persaingan</a> yang ketat dengan perusahaan-perusahaan lain terutama dengan perusahaan lain yang sejenis. Beberapa perusahaan sering kali menemukan realita bahwa sebaik apapun sistem <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63a5637260d23703c4efbf1c/Ini%20Dia%20Strategi%20Dasar%20Manajemen%20Risiko%20yang%20Perlu%20Dimiliki%20Pelaku%20UMKM">manajemen</a> yang mereka terapkan namun jika dihadapkan pada banyak <a href="https://www.sobatbuku.com/article/642cf7d9a0055bd9d756b6ea/Tantangan%20dan%20Hambatan%20dalam%20Membuka%20Usaha">tantangan usaha</a> seperti diantaranya adalah ketersediaan energi yang mahal, jalur distribusi, dan transportasi yang membutuhkan biaya tinggi, ketersediaan tenaga kerja dengan tuntutan upah yang cenderung tinggi disertai dengan kemampuan bekerja yang tidak maksimal berpotensi mengancam eksistensi <a href="https://www.sobatbuku.com/article/64955b55a0055bd9d7583b8e/Penting!%20UMKM%20Harus%20Tahu%20Cara%20Untuk%20Mengatur%20Keuangan%20Bisnis!%20">keuangan</a> perusahaan yang kemudian dapat berakibat pada <a href="https://www.sobatbuku.com/article/6433d22aa0055bd9d756cbcb/Perhatikan%20Ini%20Kalau%20Nggak%20Mau%20Bisnis%20Online%20Sobat%20Gulung%20Tikar!%C2%A0">kerugian</a>. Oleh karena itu, <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63bbeb1160d23703c4f01a9f/Memilih%20Lokasi%20yang%20Tepat%20untuk%20Berjualan">pemilihan suatu lokasi</a> yang tepat diharapkan dapat meminimalkan pengaruh-pengaruh negatif dari hal-hal tersebut dan berimplikasi baik pada aktivitas ekonomi sehari-hari maupun pendapatan laba yang dinilai menguntungkan.
&nbsp;
Nah itu tadi faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi strategis sebuah usaha.&nbsp;
Jika Sobat ingin mencari informasi lainnya terkait UMKM, perpajakan, dan berita terkini, silahkan kunjungi website kami di<a href="http://sobatbuku.com/"> Sobat Buku</a> dan<a href="http://sobatpajak.com/"> Sobat Pajak,</a> atau melalui media sosial kami di<a href="https://instagram.com/sobatpajak.id/"> Instragram</a> dan<a href="https://www.facebook.com/sobatpajak.id"> Facebook</a>.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan memilih dan menetapkan lokasi bisnis atau usaha yang mereka jalankan adalah jenis atau tipe perusahaan dan jenis barang atau jasa yang mereka hasilkan, disamping itu ada juga pertimbangan lainnya terkait dengan jarak ke pemasok, jangkauan pasar, infrastruktur seperti ketersediaan dan kondisi jalan raya penghubung maupun fasilitas-fasilitas pendukung kinerja perusahaan lainnya, ketersediaan layanan listrik maupun internet, jangkauan pasar, pertimbangan berupa keberadaan dan lokasi pesaing usaha dan lain sebagainya. Selain hal-hal terkait dengan faktor ekonomi, pemilihan dan jenis lokasi perusahaan sering kali juga ditentukan ataupun dipengaruhi oleh faktor lain yang memang tidak bisa dihindari perusahaan jika memang berniat untuk menjalankan bisnis tertentu sebagaimana tujuan dan visi spesifiknya

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Usaha

Dalam konteks Indonesia sebagai negara yang memiliki sistem ekonomi yang berbeda dari negara lain, sejatinya negara harus mampu memerankan dirinya secara kuat berdasarkan konstitusi yang dibangun, dimana konstitusi dapat secara tegas menyatakan bahwa sistem ekonomi Indonesia adalah sistem yang mendasarkan pada demokrasi ekonomi &ldquo;ekonomi kerakyatan&rdquo;. Hal ini berarti, Indonesia memiliki keunikan sendiri dalam sistem perekonomian yang membedakannya dengan sistem perekonomian negara lain pada umumnya. Jika negara tidak mampu memerankan perannya dengan baik, sistem ekonomi yang dibangun akan terombang-ambing dalam berbagai kepentingan yang bukan mengotorisasikan kepentingan seluruh rakyat, tetapi hanya kepada sebagian kecil.
Tanpa bermaksud mengabaikan sektor <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63623fd760d23703c4eef8cd/Menteri%20BUMN%20Dorong%20Kesejahteraan%20Masyarakat%20Disabilitas%20Lewat%20NIB">BUMN </a>dan swasta besar, sejatinya UMKM adalah sektor yang cukup penting dalam memerankan berbagai kepentingan ekonomi secara riil dalam pembangunan nasional, terutama bagi penciptaan usaha dan lapangan pekerjaan baru.
Mengingat besarnya sektor UMKM yang menopang perekonomian Indonesia, maka sejatinya kebijakan pembangunan nasional juga ditujukan untuk menciptakan UMKM yang lebih kuat di masa mendatang. Apabila UMKM secara serius ditingkatkan dan difasilitasi, sesungguhnya UMKM masih sangat mungkin dapat berkembang lebih baik lagi di masa-masa mendatang.
<h2 style="text-align: justify;">Beberapa faktor pendorong perkembangan UMKM di antaranya adalah:</h2>
<ol style="text-align: justify;">
<li> 
<h3>Penguatan Sektor Permodalan</h3>
</li>
</ol>
Bantuan penguatan modal bagi usaha kecil dan menengah (UMKM) dapat dilakukan dengan memberikan kemudahan <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63da40242eaf429b8e96ede8/Sri%20Mulyani%20Ungkap%20Kredit%20UMKM%20dari%20Perbankan%20Masih%20Minim">pinjaman modal usaha</a> dari lembaga keuangan serta dengan mengupayakan sektor <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63ad6ad560d23703c4efda41/Cara%20Menentukan%20Target%20Pasar%20Untuk%20Pelaku%20UMKM">pasar baru</a> dalam bentuk ekspor ke pasar global. Bantuan penguatan modal ini dapat dilakukan dengan cara pemberian bantuan modal bergilir dari pemerintah melalui koperasi, terutama untuk program usaha berskala mikro dan kecil dalam bentuk inkubator dan cluster.
<ol style="text-align: justify;" start="2">
<li> 
<h3>Penguatan Sektor Kelembagaan</h3>
</li>
</ol>
Program ini memerlukan peran serta lembaga eksekutif dan juga legislatif dalam penerapannya. Untuk menunjang program ini diperlukannya komitmen dari lembaga eksekutif dan legislatif untuk merevitalisasi UMKM terutama melalui penguatan pasar dan permodalan dalam bentuk kemitraan usaha dan penguatan lembaga keuangan mikro sebagai mitra UMKM.
<ol style="text-align: justify;" start="3">
<li> 
<h3>Penguatan Sektor Kapasitas Usaha</h3>
</li>
</ol>
Penguatan Sektor Kapasitas Usaha ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pelatihan pada manajemen usaha, seperti pelatihan keterampilan, serta memfasilitasi acara temu usaha dan pengalokasian dana dari pemerintah untuk pelatihan dan peralatan kerja, terutama mesin.
<ol style="text-align: justify;" start="4">
<li> 
<h3>Penguatan Aspek Pemasaran</h3>
</li>
</ol>
Pemasaran merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis, penguatan <a href="https://www.sobatbuku.com/article/6458af84a0055bd9d7574825/Mengenal%20Strategi%20Pemasaran%204P">aspek pemasaran</a> ini dapat dilakukan dengan cara menjalin kerja sama dengan pemerintah luar negeri, terutama dalam hal membentuk sentra usaha kecil dan memfasilitasi periklanan/promosi usaha, misalnya dalam bentuk pameran dan lain sebagainya.
<ol style="text-align: justify;" start="5">
<li> 
<h3>Politik Ekonomi</h3>
</li>
</ol>
Baik lembaga eksekutif maupun lembaga legislatif, hendaknya secara riil mempunyai keinginan yang kuat untuk mengembangkan peran UMKM. &nbsp;Di masa depan, bukannya tidak mungkin jika UMKM yang akan menjadi kekuatan perekonomian Indonesia. Dengan memajukan UMKM dan mengotorisasikannya menjadi basis ekonomi rakyat, tentu akan memiliki dampak langsung bagi stabilitas dan kemandirian ekonomi negara Indonesia. Selain itu, UMKM dapat pula memperkuat fundamental ekonomi karena sebagian besar aktivitas ekonomi rakyat di tanah air lebih banyak diperankan dalam unit-unit ekonomi dalam skala UMKM di hampir semua sektor. Meninjau dari yang telah berlalu, alasan lain yang tidak kalah penting yakni usaha yang diawali dari usaha sebagai UMKM umumnya lebih tahan banting jika dibandingkan dengan usaha yang diciptakan secara langsung pada skala besar.
Nah, itu dia informasi seputar Faktor-Faktor Pendorong Perkembangan Bisnis UMKM, semoga dapat menambahkan pengetahuan dan wawasan kalian ya Sobat.
Jika Sobat ingin mencari informasi lainnya terkait UMKM, perpajakan, dan berita terkini, silahkan kunjungi website kami di <a href="http://sobatbuku.com/">Sobat Buku</a> dan <a href="http://sobatpajak.com/">Sobat Pajak,</a> atau melalui media sosial kami di <a href="https://instagram.com/sobatpajak.id/">Instragram</a> dan <a href="https://www.facebook.com/sobatpajak.id">Facebook</a>

Dalam konteks Indonesia sebagai negara yang memiliki sistem ekonomi yang berbeda dari negara lain, sejatinya negara harus mampu memerankan dirinya secara kuat berdasarkan konstitusi yang dibangun, dimana konstitusi dapat secara tegas menyatakan bahwa sistem ekonomi Indonesia adalah sistem yang mendasarkan pada demokrasi ekonomi “ekonomi kerakyatan”. Hal ini berarti, Indonesia memiliki keunikan sendiri dalam sistem perekonomian yang membedakannya dengan sistem perekonomian negara lain pada umumnya. Jika negara tidak mampu memerankan perannya dengan baik, sistem ekonomi yang dibangun akan terombang-ambing dalam berbagai kepentingan yang bukan mengotorisasikan kepentingan seluruh rakyat, tetapi hanya kepada sebagian kecil.

Faktor-Faktor Pendorong Perkembangan Bisnis UMKM

Distribusi merupakan proses penyampaian barang/jasa dari produsen ke konsumen pada waktu diperlukan dan dimana barang/jasa itu dibutuhkan. Proses distribusi tersebut pada akhirnya akan menghasilkan sebuah pengalihan hak milik. Dalam proses menciptakan perpindahan hak milik tersebut, terdapat dua hal penting yang, yaitu lembaga pendistribusi (channel of distribution/marketing channel) dan aktivitas menyalurkan arus barang (Physical distribution).
Sistem distribusi merupakan jembatan perantara yang menjembatani antara produsen dengan para <a href="https://www.sobatpajak.com/article/64197d0f99fb81039b3e5dab/Yuk%20Intip%20Perilaku%20Konsumen%20serta%20Cara%20Memahaminya">konsumen</a>. Perantara tersebut dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yakni <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63aebbf560d23703c4efdf73/Musim%20Hujan%20Datang%2C%20Pedagang%20Jas%20Hujan%20Raup%20Banyak%20Untung!">pedagang</a> perantara dan agen perantara. Yang membedakan diantara keduanya terletak pada&nbsp; pemilikan dan proses negosiasi dalam pemindahan produk.
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">Agen Perantara</h2>
Agen perantara atau yang sering disebut agent middleman adalah agen perantara yang tidak mempunyai hak milik atas semua produk yang mereka <a href="https://www.sobatbuku.com/article/6458af84a0055bd9d7574825/Mengenal%20Strategi%20Pemasaran%204P">pasarkan</a>. Agen perantara dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu agen penunjang dan agen pelengkap.
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">Syarat Permohonan Menjadi Agen/Distributor</h2>
Untuk menjadi agen atau distributor, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, diantaranya:&nbsp;
<ol style="text-align: justify;">
<li> Surat permohonan dan daftar isian permohonan</li>
<li> Perjanjian yang telah dilegalisir oleh Notary Public</li>
<li> Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)</li>
<li> Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP)&nbsp;</li>
<li> Fotokopi Angka Pengenal Impor Umum (API-U) yang masih berlaku, khusus untuk distributor atau distributor tunggal</li>
<li> Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan dan/atau Akta Perubahan yang telah disahkan oleh pejabat berwenang</li>
<li> Fotokopi pengesahan Badan Hukum yang dapat diperoleh dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (bagi PT)</li>
<li> Surat pernyataan bahwa tidak melakukan penguasaan dan penyimpanan barang yang diagenkan (khusus untuk agen tunggal)</li>
<li> Asli leaflet dari prinsipal untuk jenis barang atau jasa yang diagenkan</li>
<li> Fotokopi surat izin dari instansi teknis untuk jenis barang tertentu&nbsp;&nbsp;</li>
</ol>
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">Dokumen Yang Diperlukan</h2>
<ol style="text-align: justify;">
<li> Surat Permohonan dan Daftar Isian Permohonan.&nbsp;</li>
<li> Surat konfirmasi dari Prinsipal yang sudah dilegalisir oleh Notary Public</li>
<li> Laporan kegiatan perusahaan setiap 6 (enam) bulan.&nbsp;</li>
</ol>
&nbsp;
Dalam dunia bisnis terdapat salah satu komponen penting yang tak bisa dilewatkan yaitu adanya distributor perantara produk dari produsen kepada konsumen. <a href="https://www.sobatbuku.com/article/64649943a0055bd9d7577d7e/Wajib%20Tahu%20Tools%20Ini%20Kalau%20Mau%20Sukses%20Berbisnis%20Online!">Bisnis</a> dapat berupa produksi dan pemasaran, sehingga penting bagi Sobat untuk mengetahui persyaratan-persyaratan yang harus diketahui agar tak salah langkah.
&nbsp;
Jika Sobat ingin mencari informasi lainnya terkait UMKM, perpajakan, dan berita terkini, silahkan kunjungi website kami di<a href="http://sobatbuku.com/"> Sobat Buku</a> dan<a href="http://sobatpajak.com/"> Sobat Pajak,</a> atau melalui media sosial kami di<a href="https://instagram.com/sobatpajak.id/"> Instragram</a> dan<a href="https://www.facebook.com/sobatpajak.id"> Facebook</a>.&nbsp;&nbsp;
Urusan PAJAK dan UMKM?&nbsp; Serahkan ke Sobat Pajak 😊....&nbsp;

Distribusi merupakan proses penyampaian barang/jasa dari produsen ke konsumen pada waktu diperlukan dan dimana barang/jasa itu dibutuhkan. Proses distribusi tersebut pada akhirnya akan menghasilkan sebuah pengalihan hak milik. Dalam proses menciptakan perpindahan hak milik tersebut, terdapat dua hal penting yang, yaitu lembaga pendistribusi (channel of distribution/marketing channel) dan aktivitas menyalurkan arus barang (Physical distribution).

Ingin Jadi Agen Distributor Perantara? Ini Syarat Nya! 

PPh Pasal 22 merupakan salah satu jenis pajak yang pelunasannya dalam tahun berjalan dipungut oleh pihak lain/pihak ketiga. Pihak tersebut nantinya dalam tahun berjalan mempunyai kewajiban untuk <a href="https://www.sobatbuku.com/article/6384965260d23703c4ef594f/Sistem%20Pemungutan%20Pajak%20di%20Indonesia">memungut</a>, menyetor dan <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63bfdf2360d23703c4f02ac5/Tahun%20Baru%20Waktunya%20Lapor%20SPT%20Tahunan">melaporkan </a>pajak yang terutang setiap bulannya atau pada masa pajak tersebut. <a href="https://www.sobatbuku.com/article/5fd87e593db9e02f1b42b36e/Pajak%20Penghasilan%20Pasal%2021%3A%20Pengertian%2C%20Objek%2C%20Tarif%20dan%20Landasan%20Hukum%20serta%20Updatenya">Objek penghasilan</a> yang harus dikenakan PPh pasal 22 dapat dibedakan menjadi tiga macam, seperti berikut ini:
1. PPh pasal 22 bendaharawan pemerintah
2. PPh pasal 22 <a href="https://www.sobatpajak.com/article/64770cd899fb81039b3e6581/Sobat%20Belajar%3A%20Serba%20-%20Serbi%20Pajak%20Impor%C2%A0">impor</a> barang
3. PPh pasal 22 industri tertentu, misalnya:
<ul>
<li>Industri kertas</li>
<li>Industri baja</li>
<li>Industri otomotif</li>
</ul>
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">1. PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah</h2>
Setiap transaksi yang terjadi antara Wajib Pajak dengan bendaharawan pemerintah yang mengeluarkan dana dari APBN atau APBD, oleh bendaharawan pemerintah akan dipotong PPh pasal 22 sebesar 1,5%, yang oleh <a href="https://www.sobatpajak.com/article/63da3f2dba966c5bc2d87626/Sobat%20Belajar%3A%20Hak%20dan%20Kewajiban%20Wajib%20Pajak">Wajib Pajak </a>dapat diperlakukan sebagai <a href="https://www.sobatpajak.com/article/649418a301a1497481d36682/Sobat%20Belajar%3A%20Mengenal%20Kredit%20Pajak%20bagi%20Wajib%20Pajak%20Badan%20">kredit pajak</a>.
Contoh :
Dharma mendapat pesanan kebaya dari Dispenda yang akan disumbangkan pada masyarakat sebesar Rp 200.000.000. Bendaharawan Dispenda akan memotong PPN dan memungut PPh pasal 22 seperti berikut ini:
<ul style="text-align: justify;">
<li>PPN sebesar Rp 22.000.000, perhitungan 11% x Rp 200.000.000 = Rp 22.000.000</li>
<li>PPh pasal 22 sebesar Rp 3.000.000, perhitungan 1,5% x Rp 200.000.000 =Rp 3.000.000</li>
</ul>
&nbsp;
Jurnal dari penghasilan yang diterima PT. Dharma adalah sebagai berikut:
Piutang dagang&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 195.000.000
PPh pasal 22&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 3.000.000
PPN Dibayar Dimuka&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 22.000.000
Penjualan&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 198.000.000
PPN Keluaran&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 22.000.000
&nbsp;
Jurnal pelunasan piutang dagang
Kas/bank&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 195.000.000
Piutang dagang&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 195.000.000
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">2. PPh Pasal 22 Impor Barang</h2>
Atas pengadaan barang yang dilakukan Wajib Pajak dari luar pabean atau dari luar negeri akan dikenakan PPh pasal 22 impor sebesar 2,5% (yang menggunakan API) dan 7,5% (tidak menggunakan API) dari nilai impornya dengan menggunakan kurs pajak.
Contoh :
Made mendatangkan bahan baku obat dari Singapura senilai 100,000 USD dengan biaya asuransi yang dibayar di Singapura sebesar 5% dari nilai faktur serta biaya angkut sebesar 10% dari harga faktur. Kurs pada waktu itu yang ditetapkan adalah Rp10.000=USD1. Bea Masuk 20% dan Bea Masuk Tambahan 10%, PT Made memiliki API.
<table style="border-collapse: collapse; width: 99.9949%; height: 189.656px; border-color: #ffffff; border-style: hidden;" border="1">
<tbody>
<tr style="height: 22.4062px;">
<td style="width: 61.7531%; height: 22.4062px;">Harga Transaksi (Faktur)&nbsp;</td>
<td style="width: 38.3321%; height: 22.4062px;">USD100.000</td>
</tr>
<tr style="height: 22.4062px;">
<td style="width: 61.7531%; height: 22.4062px;">Biaya Asuransi (5% X 100.000)</td>
<td style="width: 38.3321%; height: 22.4062px;">USD5.000</td>
</tr>
<tr style="height: 22.4062px;">
<td style="width: 61.7531%; height: 22.4062px;">Biaya Angkut (10% x 100.000)</td>
<td style="width: 38.3321%; height: 22.4062px;">USD10.000</td>
</tr>
<tr style="height: 22.4062px;">
<td style="width: 61.7531%; height: 22.4062px;">Cost, Insurance, &amp; Freight&nbsp;</td>
<td style="width: 38.3321%; height: 22.4062px;">USD115.000</td>
</tr>
<tr style="height: 22.4062px;">
<td style="width: 61.7531%; height: 22.4062px;">&nbsp;</td>
<td style="width: 38.3321%; height: 22.4062px;">&nbsp;</td>
</tr>
<tr style="height: 22.4062px;">
<td style="width: 61.7531%; height: 22.4062px;">CIF (dalam rupiah) USD115.000 X Rp 10.000</td>
<td style="width: 38.3321%; height: 22.4062px;">Rp1.150.000.000</td>
</tr>
<tr style="height: 22.4062px;">
<td style="width: 61.7531%; height: 22.4062px;">Bea Masuk (20% X Rp 1.150.000.000)</td>
<td style="width: 38.3321%; height: 22.4062px;">Rp230.000.000</td>
</tr>
<tr style="height: 22.4062px;">
<td style="width: 61.7531%; height: 22.4062px;">Bea Masuk Tambahan (10% x Rp1.150.000.000)</td>
<td style="width: 38.3321%; height: 22.4062px;">Rp115.000.000</td>
</tr>
<tr style="height: 10.4062px;">
<td style="width: 61.7531%; height: 10.4062px;">Nilai Impor (NI)</td>
<td style="width: 38.3321%; height: 10.4062px;">Rp1.495.000.000</td>
</tr>
</tbody>
</table>
&nbsp;
Sehingga PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT Made (yang memiliki API) =
2,5% x 1.495.000.000 = Rp 37.375.000&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">3. PPh Pasal 22 Industri Tertentu</h2>
<h3>a. PPh Industri Kertas</h3>
Setiap distributor kertas membeli produk kertas pada industri kertas sebagai pabrikan, distributor akan dipotong PPh pasal 22 sebesar 0,1% dari DPP PPN
Contoh :&nbsp;
Nakula sebagai distributor kertas membeli produk kertas sebesar RP 333.000.000 (sudah termasuk PPN) dari perusahaan kertas PT. ABC. Besarnya PPN dan PPh pasal 22 yang dipotong oleh PT ABC adalah sebagai berikut
<ul style="text-align: justify;">
<li>PPN sebesar Rp 33.000.000, dengan perhitungan (10/111) X Rp 333.000.000</li>
<li>PPh pasal 22 sebesar Rp 300.000 dengan perhitungan 0,1% X Rp 300.000.000</li>
</ul>
&nbsp;
Jurnal pembelian kertas oleh PT. Nakula (pihak pembeli) tersebut adalah sebagai berikut:
Pembelian kertas&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 300.000.000
PPN masukan&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 33.000.000
Hutang dagang&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 299.700.000
Bukti pungut PPh pasal 22&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 300.000
PPN dibayar di muka&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 33.000.000
Bukti pungut PPh pasal 22 sebesar Rp 300.000 merupakan kredit pajak bagi PT. Nakula yang dapat mengurangi PPh yang terhutang. Adapun PPN dibayar di muka dikreditkan dengan Hutang PPN. Apabila hutang PPN sebesar Rp 35.000.000, maka jurnal pelunasan selisih PPN tersebut adalah sebagai berikut:
Hutang PPN&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 35.000.000
PPN dibayar di muka&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 33.000.000
Kas&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 2.000.000
Bagi PT. ABC sebagai Pihak Penjualan (Pabrikan). Jurnal penjualan kertas oleh PT. ABC tersebut adalah sebagai berikut:
Piutang dagang&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 299.700.000
Hutang PPh pasal 22&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 300.000
Hutang PPN&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 33.000.000
Penjualan&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 300.000.000
PPN Keluaran&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp. 33.000.000
PPh pasal 22 yang sudah dibayar oleh PT. ABC, bukti pungutnya diberikan kepada PT. Nakula yang dapat dikreditkan atas PPh yang terhutang. Sementara itu, hutang PPN dijumlah dengan PPN yang dibayar di muka. Jika hutang PPN lebih besar maka selisihnya harus dilunasi. Misalnya PPN dibayar di mukanya sebesar Rp 25.000.000, maka jurnal pelunasan selisih PPN tersebut adalah:
Hutang PPN&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 33.000.000
PPN dibayar di muka&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 25.000.000 &nbsp;
Kas/bank&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 8.000.000
&nbsp;
<h3>b. PPh Industri Baja </h3>
Pada setiap pembelian industri baja dari pabrikan, distributor akan dipotong PPh pasal 22 sebesar 0,3% dari DPP PPN.
Contoh :
Ruby Jane sebagai distributor baja membeli produk baja sebesar RP 444.000.000 (termasuk PPN) dari perusahaan baja PT. Java Steel. Perhitungan PPN dan PPh pasal 22 yang dipungut adalah sebagai berikut:
<ul style="text-align: justify;">
<li>PPN sebesar Rp 44.000.000 dengan perhitungan (11/111) X Rp 444.000.000</li>
<li>PPh pasal 22 sebesar Rp 1.200.000. dengan perhitungan 0,3 % X Rp 400.000.000</li>
</ul>
&nbsp;
Bagi PT. Ruby Jane sebagai Pihak Pembeli. Jurnal pembelian kertas oleh PT. Ruby Jane tersebut adalah sebagai berikut:
Pembelian baja&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Rp 400.000.000
PPN Masukan&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 44.000.000
Hutang dagang&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 398.800.000
Bukti pungut PPh pasal 22&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 1.200.000
PPN dibayar di muka&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 44.000.000
Bukti pungut PPh pasal 22 sebesar Rp 1.200.000, merupakan kredit pajak bagi PT.Ruby Jane yang dapat mengurangi PPh yang terhutang. Sementara, PPN dibayar di muka dikreditkan dengan akun hutang PPN. Apabila hutang PPN-nya pada masa tersebut adalah sebesar Rp 45.000.000 maka jurnal pelunasan selisih PPN tersebut adalah sebagai berikut:
Hutang PPN&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 45.000.000
PPN dibayar di muka&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 44.000.000
Kas&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rp 1.000.000
&nbsp;
<h3>c. PPh Industri Otomotif</h3>
Setiap pembelian produk otomotif dari pabrikan dari perusahaan sebagai ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek), APM (Agen Pemegang Merek) serta sebagai importir umum maka distributor otomotif akan dipungut PPh pasal 22 sebesar 0,45% dari DPP PPN.
Contoh :
TXT sebagai distributor otomotif membeli produk Toyota sebesar RP 999.000.000 (termasuk PPN) dari PT. Nova Indo sebagai ATPM Toyota. Perhitungan PPN dan PPh pasal 22 adalah sebagai berikut:
<ul style="text-align: justify;">
<li>PPN sebesar Rp 99.000.000, dengan perhitungan (11/111) X Rp 999.000.000</li>
<li>PPh pasal 22 sebesar Rp 4.050.000, dengan perhitungan 0,45% X Rp 900.000.000</li>
</ul>
&nbsp;
Nah, itu dia informasi seputar pengenaan Pajak Penghasilan 22 (PPh 22), semoga dapat menambahkan pengetahuan dan wawasan kalian ya Sobat.
Jika Sobat ingin mencari informasi lainnya terkait UMKM, perpajakan, dan berita terkini, silahkan kunjungi website kami di<a href="http://sobatbuku.com/"> Sobat Buku</a> dan<a href="http://sobatpajak.com/"> Sobat Pajak,</a> atau melalui media sosial kami di<a href="https://instagram.com/sobatpajak.id/"> Instragram</a> dan<a href="https://www.facebook.com/sobatpajak.id"> Facebook</a>.

PPh Pasal 22 merupakan salah satu jenis pajak yang pelunasannya dalam tahun berjalan dipungut oleh pihak lain/pihak ketiga. 

Sobat Belajar: Ilustrasi Perhitungan PPh Pasal 22

Pernah tidak Sobat merasa bingung ketika potongan pajak terhadap gaji Sobat berbeda dengan rekan kerja yang mendapatkan jumlah gaji serupa? Jika iya, maka pembahasan kali ini perlu Sobat perhatikan hingga akhir ya! 

Dikutip dari sosial media Instagram DJP (@ditjenpajakri), penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP akan dipotong PPh Pasal 21 dimana 20% lebih tinggi dibandingkan yang memiliki NPWP. Selain itu, perbedaan jumlah pajak yang dipotong juga bisa dikarenakan status perkawinan dan jumlah tanggungan Sobat. Berikut penjelasan nya! 

Besaran Gajinya Sama Potongan Pajaknya Beda, Kok Bisa?

Reputasi akan sebuah bisnis tentunya sangatlah penting bagi <a href="https://www.sobatpajak.com/article/6399a996c6df9c22701df65e/Faktor-Faktor%20Pendorong%20Perkembangan%20Bisnis%20UMKM">perkembangan bisnis</a> terebut. Reputasi merupakan komponen penting dalam menjalankan bisnis karena secara tidak langsung hal ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap <a href="https://www.sobatpajak.com/article/62a321c81f70cd04219526ab/Tips%20Meningkatkan%20Target%20Penjualan">tingkat penjualan</a> produk yang dipasarkan serta tingkat <a href="https://www.sobatpajak.com/article/647999a499fb81039b3e65cf/Ternyata%20Cara%20Ini%20Bikin%20Pelanggan%20Lebih%20Percaya%20Bisnis%20Online%20Sobat!%20">kepercayaan pelanggan</a> akan bisnis tersebut.&nbsp;&nbsp;
Reputasi bisnis juga menjadi salah satu alasan pelanggan memilih dan membeli suatu produk. Misalnya ketikat Sobat <a href="https://www.sobatbuku.com/article/64a674326ddfbe64f4b540c5/Ternyata%20Cara%20Ini%20Bikin%20Pelanggan%20Lebih%20Percaya%20Bisnis%20Online%20Sobat!%20">berbelanja online</a>. Sobat tentunya akan melihat ulasan atau <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63edcf2b2eaf429b8e973f12/Manfaat%20Review%20Pelanggan%20terhadap%20Usaha">review</a> terlebih dahulu dan akan memilih produk yang memiliki ulasan yang baik. Hal ini menunjukkan seberapa pentingnya peran reputasi dalam perjalanan sebuah usaha. Lalu, apa sih yang dimaksud reputasi bisnis? Apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan reputasi bisnis Sobat kedepannya? Yuk, simak artikel ini sampai akhir ya!&nbsp;&nbsp;
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">Reputasi Bisnis&nbsp;</h2>
Reputasi sendiri berarti setiap perilaku ataupun perbuatan yang dilakukan untuk mendapatkan impresi atau citra baik dari sekitar. Dalam berbisnis, sebuah brand yang ingin mendapatkan reputasi baik harus bisa memberikan dampak yang positif juga bagi konsumennya. Misal, Sobat menjalankan sebuah bisnis di bidang <a href="https://www.sobatbuku.com/article/6391baac60d23703c4ef7f76/Punya%20Usaha%20Kuliner%3F%20Ini%20Dia%205%20Strategi%20Pemasaran%20Untuk%20Kembangkan%20Usahamu!">kuliner</a>. Dimana Sobat memiliki restoran yang menjual makanan nusantara dengan <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63d8f5a62eaf429b8e96e8fb/Cara%20Menentukan%20Harga%20Jual%20Produk">harga</a> yang terjangkau. Lalu, untuk mendapatkan reputasi baik dari para pelanggan, maka Sobat harus bisa memberikan makanan, <a href="https://www.sobatbuku.com/article/6437d9a1a0055bd9d756dd7b/Tips%20dalam%20Memberikan%20Pelayanan%20Prima%20kepada%20Pelanggan">pelayanan</a> hingga <a href="https://www.sobatpajak.com/article/649ab22733e4ece4dab24478/Faktor%20-%20Faktor%20Yang%20Mempengaruhi%20Pemilihan%20Lokasi%20Usaha">tempat</a> yang <a href="https://www.sobatbuku.com/article/64a7c27c6ddfbe64f4b5453e/Yuk%20Ketahui%20Bagaimana%20Strategi%20Peningkatan%20Kualitas%20Produk%20UMKM">berkualitas</a> dengan range harga yang Sobat tawarkan.&nbsp;&nbsp;
Semakin banyak <a href="https://www.sobatpajak.com/article/64197d0f99fb81039b3e5dab/Yuk%20Intip%20Perilaku%20Konsumen%20serta%20Cara%20Memahaminya">pelanggan</a> yang merasa cocok dengan produk yang Sobat tawarkan, maka semakin baik pula reputasi brand Sobat. Dengan begitu, secara alami para pelanggan yang merasa puas pun akan perlahan akan turut <a href="https://www.sobatbuku.com/article/6450d510a0055bd9d75732ab/Strategi%20Marketing%20Word%20of%20Mouth">merekomendasikan produk sobat</a> kepada orang lain di sekitarnya. Dengan begitu <a href="https://www.sobatbuku.com/article/64a3e3936ddfbe64f4b5391f/Tingkatkan%20Konversi%20Penjualan%20Sobat%20Dengan%20Cara%20Ini!%20%20">penjualan</a> yang Sobat dapatkan pun akan jauh lebih tinggi. Jadi bisa disimpulkan bahwa reputasi akan suatu usaha memiliki pengaruh yang cukup besar. Karena tidak sedikit juga usaha &ndash; usaha yang <a href="https://www.sobatbuku.com/article/6433d22aa0055bd9d756cbcb/Perhatikan%20Ini%20Kalau%20Nggak%20Mau%20Bisnis%20Online%20Sobat%20Gulung%20Tikar!%C2%A0">gulung tikar</a> karena kurang berupaya dalam <a href="https://www.sobatpajak.com/article/6486dd8499fb81039b3e6797/5%20Cara%20Jitu%20Mempertahankan%20Pelanggan%20Sobat!%20">mempertahankan</a> nama baik usahanya. Agar hal serupa tidak dialami oleh Sobat sekalian, berikut beberapa tips yang bisa Sobat coba.&nbsp;&nbsp;
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">Cara Mudah Meningkatkan Reputasi Usaha&nbsp;</h2>
<h3>1. Berikan imbalan terhadap pelanggan aktif&nbsp;</h3>
<a href="https://www.sobatbuku.com/article/63edcf2b2eaf429b8e973f12/Manfaat%20Review%20Pelanggan%20terhadap%20Usaha">Ulasan</a> akan produk Sobat sangat berarti bagi pertumbuhan bisnis Sobat sehingga memberikan apresiasi seperti reward kepada pelanggan yang telah memberikan ulasan akan sangat memberikan dampak positif. Karena faktanya, mendapatkan ulasan baik ternyata cukup sulit didapatkan, menurut Review Trackers, 21 persen pelanggan hanya akan menulis ulasan ketika melalui <a href="https://www.sobatbuku.com/article/64901c95a0055bd9d7582709/Memangnya%20Customer%20Experience%20Itu%20Penting%3F">pengalaman</a> buruk dibandingkan pengalaman yang baik. Maka itu, untuk memperbanyak ulasan, Sobat bisa mencoba untuk menawarkan insentif untuk para pelanggan yang meninggalkan ulasan di produk Sobat.&nbsp;&nbsp;
<h3>2. Layanan yang Optimal&nbsp;</h3>
Salah satu cara paling ampuh yang bisa Sobat lakukan untuk meningkatkan reputasi sebuah bisnis adalah dengan memberikan <a href="https://www.sobatbuku.com/article/6437d9a1a0055bd9d756dd7b/Tips%20dalam%20Memberikan%20Pelayanan%20Prima%20kepada%20Pelanggan">pelayanan terbaik</a> bagi para pelanggan. Dengan <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63fdc9582eaf429b8e9780f8/Mengenal%20Indikator%20Kepuasan%20Pelanggan">rasa puas</a> akan pelayanan yang diberikan terhadap pelanggan, tentunya citra akan bisnis Sobat juga meningkat. Apabila Sobat menjalankan sebuah <a href="https://www.sobatbuku.com/article/649a51386ddfbe64f4b51ecf/Ternyata%20Strategi%20Marketing%20Ini%20Paling%20Populer%20Dikalangan%20Pebisnis%20Online!">bisnis online</a>, maka tanggapan yang cepat akan menjadi hal yang krusial. Dengan begitu, para pelanggan tersebut tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mendapatkan jawaban. Sobat bisa mencoba berbagai cara yang bisa menunjukkan kepada pelanggan bahwa mereka sangat berarti untuk bisnis Sobat, sehingga secara tidak langsung para pelanggan akan merasa lebih istimewa dan akan selalu mengingat akan produk serta bisnis Sobat.&nbsp;&nbsp;
<h3>3. Terbuka akan ulasan buruk</h3>
&nbsp;Tidak bisa dipungkiri, pasti Sobat juga akan menerima berbagai ulasan yang kurang memuaskan. Hal tersebut wajar untuk para pelaku usaha. Sederhananya, Sobat tidak bisa menyenangkan semua orang. Akan tetapi <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63ef3f062eaf429b8e97444e/Cara%20Menangani%20Komplain%20Pelanggan">ulasan-ulasan buruk</a> tersebut bisa Sobat jadikan pembelajaran. Jadi, ketika mendapatkan ulasan yang kurang memuaskan tetaplah memberikan respon. Hal ini dapat memperlihatkan bahwa Sobat peduli dengan kritik ataupun saran dari para pelanggan terebut. Selain itu, Sobat juga akan memiliki hubungan yang jauh lebih dekat dengan pelanggan yang dapat memancing munculnya <a href="https://www.sobatpajak.com/article/6486dd8499fb81039b3e6797/5%20Cara%20Jitu%20Mempertahankan%20Pelanggan%20Sobat!%20">pelanggan setia</a>.&nbsp;&nbsp;
<h3>4. Mengedukasi Konsumen&nbsp;</h3>
Sobat juga bisa meningkatkan reputasi bisnis dengan memberikan edukasi target bisnis Sobat. Bisa melalui postingan di <a href="https://www.sobatbuku.com/article/642412e6a0055bd9d7569a89/Peranan%20Konten%20Di%20Sosial%20Media%20Terhadap%20Peningkatan%20Brand%20Awareness%20Pada%20UMKM">sosial media</a>, seperti <a href="https://www.sobatbuku.com/article/64254be1a0055bd9d7569f05/Pengaruh%20Sosial%20Media%20Terhadap%20Usaha">Instagram</a>, <a href="https://www.sobatbuku.com/article/64a294c96ddfbe64f4b534e6/Pemasaran%20Melalui%20Media%20Sosial%20Facebook">Facebook</a>, <a href="https://www.sobatbuku.com/article/64a293936ddfbe64f4b534b5/TikTok%20Untuk%20Bisnis%3A%20Semua%20Hal%20Ini%20Sobat%20Harus%20Tahu!%20">TikTok</a>, dan masih banyak lagi <a href="https://www.sobatpajak.com/article/63bfdb12c6df9c22701df855/Strategi%20Promosi%20di%20Platform%20Media%20Sosial">platform</a> lainnya yang bisa membantu. Sebagai contoh, Sobat menjual pakaian secara <a href="https://www.sobatpajak.com/article/647999a499fb81039b3e65cf/Ternyata%20Cara%20Ini%20Bikin%20Pelanggan%20Lebih%20Percaya%20Bisnis%20Online%20Sobat!%20">online</a>, maka untuk meningkatkan nama baik brand, Sobat bisa membagikan informasi mengenai cara merawat pakaian agar kualitas terus terjaga atau memberikan pengetahuan mengenai cara menyesuaikan warna pakaian. Hal-hal seperti itu rupanya dapat membentuk kredibilitas bisnis. Nama baik brand Sobat juga perlahan akan mulai dikenal oleh orang-orang. Apalagi jika <a href="https://www.sobatbuku.com/article/64a537066ddfbe64f4b53d37/Jenis%20-%20Jenis%20Konten%20Yang%20Wajib%20Sobat%20Tahu!">konten</a> yang di posting tersebut berhasil viral dan banyak dibagikan.&nbsp;
&nbsp;
Tentunya tidak hanya cara-cara tersebut yang bisa membantu Sobat meningkatkan reputasi bisnis. Masih banyak tips yang bisa Sobat coba kok, tapi tips diatas tentunya bisa banget menjadi langkah awal bagi Sobat-sobat yang ingin memulai meningkatkan reputasi bisnis. Jadi, selamat mencoba ya!&nbsp;
Jika Sobat ingin mencari informasi lainnya terkait UMKM, perpajakan, dan berita terkini, silahkan kunjungi website kami di<a href="http://sobatbuku.com/"> Sobat Buku</a> dan<a href="http://sobatpajak.com/"> Sobat Pajak,</a> atau melalui media sosial kami di<a href="https://instagram.com/sobatpajak.id/"> Instragram</a> dan<a href="https://www.facebook.com/sobatpajak.id"> Facebook</a>.&nbsp;
&nbsp;

Reputasi akan sebuah bisnis tentunya sangatlah penting bagi perkembangan bisnis terebut. Reputasi merupakan komponen penting dalam menjalankan bisnis karena secara tidak langsung hal ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat penjualan produk yang dipasarkan serta tingkat kepercayaan pelanggan akan bisnis tersebut.

4 Cara Mudah Membangun Reputasi Bisnis  

Sebagai pengusaha kena pajak (<a href="https://www.sobatbuku.com/article/646736b8a0055bd9d7578845/Sobat%20Belajar%3A%20Apa%20Itu%20Pengusaha%20Kena%20Pajak%3F%20">PKP</a>) maka diwajibkan untuk memungut, menyetor, hingga membayarkan pajak pertambahan nilai (<a href="https://www.sobatbuku.com/article/63d3a8ed2eaf429b8e96d884/PPN%20dan%20Cara%20Menghitungnya">PPN</a>) akibat dari transaksi ataupun penyerahan barang&nbsp; kena pajak (BKP) atau jasa kena pajak (JKP). PPN terbagi menjadi dua jenis, yaitu <a href="https://www.sobatbuku.com/article/642cdfe0a0055bd9d756b666/Sobat%20Belajar%3A%20Mengenal%20Pajak%20Masukan%20dan%20Pajak%20Keluaran">PPN Masukan dan PPN Keluaran</a>. PPN Masukan dikenakan ketika PKP melakukan pembelian atau perolehan atas BKP atau JKP. Sedangkan, PPN Keluaran dikenakan ketika PKP melakukan penjualan atau penyerahan atas BKP atau JKP.&nbsp;
Dalam hal ini, jika nilai pajak keluaran lebih besar dibandingkan pajak masukan, maka selisihnya dikatakan sebagai PPN kurang bayar atau PPN yang harus disetor. Begitupun sebaliknya, jika pajak masukan lebih besar dibandingkan pajak keluaran, maka selisihnya dikatakan sebagai PPN lebih bayar.&nbsp;
&nbsp;
Selain disebabkan oleh pajak masukan yang lebih besar, PPN lebih bayar juga dapat terjadi jika PKP melakukan pembayaran pajak atas transaksi yang tidak seharusnya terutang PPN. Dalam hal ini PKP dapat melakukan<a href="https://www.sobatbuku.com/article/637df97e60d23703c4ef465d/Apa%20itu%20Restitusi%20Pajak%3F"> restitusi</a> ataupun kompensasi.&nbsp;&nbsp;
Sebelum memilih melakukan restitusi atau kompensasi, yuk simak artikel dibawah ini untuk lebih lengkapnya mengenai restitusi dan kompensasi.&nbsp;
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">Restitusi PPN</h2>
Pengajuan pengembalian atas PPN yang lebih dibayarkan oleh PKP ke negara disebut dengan restitusi. Restitusi dapat dilakukan jika jumlah kredit pajak lebih besar dibandingkan dengan pajak terutang, serta PKP dikatakan tidak memiliki utang pajak yang harus dibayarkan.&nbsp;
Restitusi dapat dilakukan di setiap masa pajak atau di akhir tahun buku yang dilakukan di kantor pajak terdaftar. Restitusi dapat dilakukan per masa pajak jika PKP memenuhi syarat sesuai dengan <a href="https://www.pajakku.com/tax-guide/12368/UU/7%20TAHUN%202021">Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021</a> Pasal 9 ayat 4(b) Tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan. Jika PKP tidak memenuhi syarat tersebut, maka PKP hanya dapat melakukan restitusi pada akhir tahun buku.&nbsp;
Pengajuan permohonan restitusi dilakukan kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dengan mengisi <a href="https://www.sobatpajak.com/article/63f74dfb99fb81039b3e5a3e/Lapor%20SPT%20Anti%20Ribet%20untuk%20Kamu%20Para%20Pekerja%20Lepas%20">SPT</a> masa pajak PPN dalam kolom &ldquo;Pengembalian Pendahuluan&rdquo;. Setelah itu, DJP akan menindaklanjuti dengan melakukan pemeriksaan formal serta pemeriksaan lanjutan, sebelum DJP mengeluarkan SKPPKP (Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak).&nbsp;
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">Kompensasi PPN</h2>
Jika PKP terdapat kelebihan bayar, maka PKP dapat melakukan kompensasi atas PPN lebih bayar dari satu masa pajak ke masa pajak berikutnya. Kompensasi yang dimaksudkan adalah PPN lebih bayar ini dijadikan pengurang atas pajak pada masa pajak berikutnya. Jika masa pajak berikutnya PKP mengalami kurang bayar, maka PPN lebih bayar pada masa pajak sebelumnya dapat dijadikan pengurang sehingga mengurangi nilai PPN kurang bayar tersebut.&nbsp;
Kompensasi PPN atas kelebihan bayar pada masa sebelumnya hanya dapat dikompensasikan kepada masa berikutnya saja, kecuali PPN lebih bayar terjadi pada saat dilakukannya SPT Pembetulan. Apabila terjadi saat SPT Pembetulan, maka atas kelebihan pembayaran tersebut dapat dikompensasikan ke masa pajak sesuai kebutuhan Wajib Pajak. Contoh: Pada saat pelaporan SPT PPN masa April 2023 terdapat lebih bayar PPN sebesar Rp 5 Juta, maka atas kelebihan tersebut hanya dapat dikompensasikan ke masa berikutnya, yaitu bulan Mei 2023. Tetapi, misalkan Sobat melakukan pembetulan SPT masa Januari 2023, lalu hasil dari pembetulan tersebut adalah lebih bayar PPN sebesar Rp 2 Juta, maka atas kelebihan tersebut Sobat dapat kompensasikan ke masa Mei 2023 atau masa lainnya sesuai dengan kebutuhan Sobat saat terjadinya kurang bayar. 
Dari penjelasan artikel diatas, para sobat tentunya sudah mengetahui perbedaan dari restitusi maupun kompensasi ketika terjadi PPN lebih bayar. Antara restitusi dan kompensasi tentunya memiliki risiko yang harus tetap diperhatikan oleh&nbsp; PKP.&nbsp;
&nbsp;
Itulah penjelasan lengkap dari Mimin buat kamu para Sobat mengenai restitusi dan kompensasi dalam PPN lebih bayar yang perlu kamu ketahui dan pahami. Tentunya informasi bermanfaat lainnya dapat Sobat akses melalui sosial media Sobat pajak, jangan sampai ketinggalan segala informasinya ya.&nbsp;
&nbsp;
Jika Sobat ingin mencari informasi lainnya terkait UMKM, perpajakan, dan berita terkini, silahkan kunjungi website kami di<a href="http://sobatbuku.com/"> Sobat Buku</a> dan<a href="http://sobatpajak.com/"> Sobat Pajak,</a> atau melalui media sosial kami di<a href="https://instagram.com/sobatpajak.id/"> Instragram</a> dan<a href="https://www.facebook.com/sobatpajak.id"> Facebook</a>.&nbsp;

Sebagai pengusaha kena pajak (PKP) maka diwajibkan untuk memungut, menyetor, hingga membayarkan pajak pertambahan nilai (PPN) akibat dari transaksi ataupun penyerahan barang  kena pajak (BKP) atau jasa kena pajak (JKP). PPN terbagi menjadi dua jenis, yaitu PPN Masukan dan PPN Keluaran. PPN Masukan dikenakan ketika PKP melakukan pembelian atau perolehan atas BKP atau JKP. Sedangkan, PPN Keluaran dikenakan ketika PKP melakukan penjualan atau penyerahan atas BKP atau JKP. 

Sobat Belajar: Mengenal Restitusi dan Kompensasi Dalam PPN Lebih Bayar

Utang pajak yang diakui merupakan pajak-pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pemungut atau pemotong yang ditunjuk berkaitan dengan transaksi yang menyebabkan aspek PPh potong pungut itu terjadi. Berbagai jenis pajak yang telah dilakukan pemotongan atau pemungutan oleh Wajib Pajak pada dasarnya harus dibayarkan kepada negara. Maka dari itulah pajak diakui sebagai utang.
<h2 style="text-align: justify;">&nbsp;</h2>
<h2 style="text-align: justify;">Pengakuan Utang PPh 21</h2>
PPh Pasal 21 diakui sebagai utang pajak apabila Wajib Pajak telah melakukan pembayaran gaji dan sejenisnya kepada pegawai&nbsp; yang dikenakan <a href="https://www.sobatbuku.com/article/5fd87e593db9e02f1b42b36e/Pajak%20Penghasilan%20Pasal%2021%3A%20Pengertian%2C%20Objek%2C%20Tarif%20dan%20Landasan%20Hukum%20serta%20Updatenya">PPh Pasal 21</a> dan&nbsp; sudah dipotong. Pembayaran penghasilan yang dikenakan PPh pasal 21 sebagai berikut:
<ol style="text-align: justify;">
<li> <a href="https://www.sobatpajak.com/article/6482d64c99fb81039b3e6701/Besaran%20Gajinya%20Sama%20Potongan%20Pajaknya%20Beda%2C%20Kok%20Bisa%3F%20">Gaji</a> serta berbagai tunjangan</li>
<li> Upah</li>
<li> Honorarium</li>
<li> Gratifikasi</li>
<li> <a href="https://www.sobatbuku.com/article/641976bfa0055bd9d7566cdb/Sobat%20Belajar%3A%20Mengenal%20Pengenaan%20Pajak%20atas%20Hadiah%20Undian">Hadiah</a> karyawan</li>
<li> Bonus</li>
<li> Rapel, THR, lainnya yang dipersamakan dengan itu.</li>
</ol>
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">Pengakuan Utang PPh 22</h2>
<a href="https://www.sobatpajak.com/article/63d8ef09ba966c5bc2d875ed/Sobat%20Belajar%3A%20Ilustrasi%20Perhitungan%20PPh%20Pasal%2022">PPh Pasal 22</a> sebagai utang pajak dapat terjadi apabila Wajib Pajak badan sebagai produsen industri tertentu melakukan penjualan atas produk-produknya kepada <a href="https://www.sobatpajak.com/article/6492cb5001a1497481d3665e/Ingin%20Jadi%20Agen%20Distributor%20Perantara%3F%20Ini%20Syarat%20Nya!%20">distributor, agen</a>, atau pembeli lainnya. Wajib pajak tersebut harus memungut PPh Pasal 22 atas transaksi penjualan tersebut.
Utang PPh Pasal 22 adalah hak dari si pembeli, sehingga oleh penjual/produsen yang pemungut PPh Pasal 22, atas pungutan itu harus segera dibayarkan, dan selama belum dibayarkan harus diakui sebagai utang PPh Pasal 22.
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">Pengakuan Utang PPh 23</h2>
Utang Pajak <a href="https://www.sobatbuku.com/article/64536548a0055bd9d7573a68/Sobat%20Belajar%3A%20Pajak%20Penghasilan%20Pasal%2023">PPh pasal 23</a> diakui sebagai utang apabila Wajib Pajak telah melakukan pembayaran yang merupakan penghasilan bagi yang menerimanya, seperti dalam transaksi sebagai berikut:
<ol style="text-align: justify;">
<li> Pembayaran jasa</li>
<li> Pembayaran sewa</li>
<li> Pembayaran <a href="https://www.sobatbuku.com/article/640ee3e4a0055bd9d756390e/Sobat%20Belajar%3A%20Mengenal%20Pajak%20atas%20Dividen%20">dividen</a></li>
<li> Pembayaran <a href="https://www.sobatbuku.com/article/641c1cbfa0055bd9d7567837/Sobat%20Belajar%3A%20Mengenal%20Pengenaan%20Pajak%20atas%20Royalti%C2%A0">royalti</a></li>
<li> Pembayaran bunga</li>
</ol>
PPh Pasal 23 dianggap utang karena pelunasan pajaknya dilakukan dengan cara dipotong oleh pemberi penghasilan, dan oleh pemberi penghasilan akan dibayarkan paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya sejak saat terjadinya pemotongan PPh 23.
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">Pengakuan Utang PPh 26</h2>
Utang pajak <a href="https://www.sobatbuku.com/article/6499566a6ddfbe64f4b51ba8/Sobat%20Belajar%3A%20Mari%20Bahas%20PPh%20Pasal%2026">pph pasal 26</a> dapat terjadi jika Wajib Pajak telah membayar penghasilan bagi Wajib Pajak luar negeri, dalam bentuk transaksi berikut:
<ol style="text-align: justify;">
<li> Pembayaran gaji dan sejenisnya</li>
<li> Pembayaran jasa&nbsp;</li>
<li> Pembayaran sewa</li>
<li> Pembayaran dividen&nbsp;</li>
<li> Pembayaran royalti</li>
<li> Pembayaran bunga</li>
</ol>
Utang PPh Pasal 26 bisa terjadi sebagai akibat dari PPh yang terutang atas penerima penghasilan, pelunasan pajaknya dilakukan dengan cara dipotong oleh pihak pemberi penghasilan.
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">Pengakuan Utang PPh 4(2)</h2>
PPh <a href="https://www.sobatbuku.com/article/645b3a65a0055bd9d75751ba/Serba-Serbi%20Pajak%20Penghasilan%20Pasal%204%20ayat%202%20(PPh%20final)">Pasal 4 ayat (2)</a> sebagai utang pajak dapat terjadi apabila Wajib Pajak telah melakukan pembayaran yang merupakan penghasilan bagi yang menerima nya, dalam bentuk transaksi seperti berikut:&nbsp;
<ol style="text-align: justify;">
<li> Pengalihan hak atas tanah dan bangunan</li>
<li> <a href="https://www.sobatbuku.com/article/641038afa0055bd9d7563f72/Sobat%20Belajar%3A%20Mengenal%20Pengenaan%20Pajak%20atas%20Sewa%20Tanah%20dan%20Bangunan%20">Sewa tanah dan bangunan</a></li>
<li> <a href="https://www.sobatbuku.com/article/640e960ca0055bd9d7563700/Sobat%20Belajar%3A%20Mengenal%20Apa%20itu%20Jasa%20Konstruksi%20">Jasa konstruksi</a></li>
<li> Real estate</li>
<li> Bunga tabungan, deposito, obligasi</li>
<li> Bunga simpanan anggota koperasi&nbsp;</li>
<li> Transaksi saham pada bursa efek</li>
<li> Pengalihan penyertaan saham pada modal ventura</li>
</ol>
Utang PPh Pasal 4(2) terjadi karena PPh yang terutang atas penerima penghasilan kegiatan di atas, pelunasan pajaknya dilakukan dengan cara dipotong oleh pemberi penghasilan, dan oleh pemberi penghasilan akan dibayarkan paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya sejak saat terjadinya pemotongan PPh Pasal 4(2).
&nbsp;
<h2 style="text-align: justify;">Pengakuan Utang PPN</h2>
Utang PPN diakui saat <a href="https://www.sobatbuku.com/article/646736b8a0055bd9d7578845/Sobat%20Belajar%3A%20Apa%20Itu%20Pengusaha%20Kena%20Pajak%3F%20">Pengusaha Kena Pajak</a> (PKP)&nbsp; menjual Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) kepada pembeli. Utang tersebut biasanya diklasifikasikan menjadi Pajak Keluaran. Utang PPN tersebut sejatinya adalah PPN yang dibayarkan oleh pembeli kepada penjual atas pembelian BKP/JKP, sehingga utang PPN tersebut harus disetor oleh penjual ke kas negara.
&nbsp;
Nah itu tadi penjelasan mengenai kapan pajak diakui sebagai &lsquo;utang&rsquo;. Jika Sobat ingin mencari informasi lainnya terkait UMKM, perpajakan, dan berita terkini, silahkan kunjungi website kami di<a href="http://sobatbuku.com/"> Sobat Buku</a> dan<a href="http://sobatpajak.com/"> Sobat Pajak,</a> atau melalui media sosial kami di<a href="https://instagram.com/sobatpajak.id/"> Instragram</a> dan<a href="https://www.facebook.com/sobatpajak.id"> Facebook</a>.

Utang pajak yang diakui merupakan pajak-pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pemungut atau pemotong yang ditunjuk berkaitan dengan transaksi yang menyebabkan aspek PPh potong pungut itu terjadi. Berbagai jenis pajak yang telah dilakukan pemotongan atau pemungutan oleh Wajib Pajak pada dasarnya harus dibayarkan kepada negara. Maka dari itulah pajak diakui sebagai utang.

Sobat Belajar: Pengakuan Pajak Sebagai Utang

Menjadi pengusaha atau pelaku bisnis tentunya sangat penting untuk memperhatikan produk yang dijual, terutama pada kualitas produk itu sendiri. Menjadi kuda hitam perekonomian Indonesia, tentunya UMKM harus benar-benar memperhatikan pengembangan terhadap produk.
Seperti yang kita ketahui, sejauh ini Pemerintah Indonesia secara konsisten terus mendukung pengembangan setiap UMKM dengan memberikan fasilitas yang dapat dimanfaatkan melalui berbagai kegiatan ataupun program yang kerap kali diselenggarakan, baik di tingkat daerah maupun nasional.
Dengan dukungan-dukungan tersebut, tentunya pemerintah meminta bagi seluruh pelaku usaha UMKM untuk melakukan <a href="https://www.sobatbuku.com/article/64a7c27c6ddfbe64f4b5453e/Yuk%20Ketahui%20Bagaimana%20Strategi%20Peningkatan%20Kualitas%20Produk%20UMKM">peningkatan kualitas pada produk</a>, yang mana hal tersebut merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan guna memiliki <a href="https://www.sobatpajak.com/article/62d7e1741f70cd04219529be/Memahami%20Persaingan%20Bisnis">daya saing</a> yang nantinya akan menumbuhkan ekonomi masyarakat.
Menanggapi hal tersebut, Sobat Pajak akan menginformasikan beberapa tips atau cara yang dapat para pelaku usaha UMKM terapkan dalam meningkatkan kualitas produk. Berikut di antaranya:
<ul style="text-align: justify;">
<li>
<h3>Melakukan Quality Control Untuk Semua Produk</h3>
</li>
</ul>
Pada dasarnya, setiap pelaku usaha memiliki memiliki standarisasi produk yang berbeda-beda. Oleh karena itu, harus dipastikan kembali kuliatas produk yang dijual degan melakukan quality control secara cermat dan hati-hati. Jangan sampai menjual produk dengan keadaan belum memenuhi standar atau tidak seimbang dengan <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63d8f5a62eaf429b8e96e8fb/Cara%20Menentukan%20Harga%20Jual%20Produk">harga jual</a>.
<ul style="text-align: justify;">
<li>
<h3>Mengidentifikasi Kebutuhan Pembeli</h3>
</li>
</ul>
Dalam hal ini, pelaku usaha harus memastikan kualitas produk yang sesuai dengan kebutuhan ataupun keinginan pembeli sebagai <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63ad6ad560d23703c4efda41/Cara%20Menentukan%20Target%20Pasar%20Untuk%20Pelaku%20UMKM">target pasarnya</a>. Sebagai contoh, apabila target pasar yang ditentukan memerlukan produk yang murah, maka akan sangat percuma apabila Sobat melakukan rekayasa produk yang sama namun menggunakan <a href="https://www.sobatbuku.com/article/634cc91e60d23703c4eec450/Unsur%20dan%20Jenis%20Biaya%20Produksi">biaya produksi</a> lebih besar, begitupun sebaliknya.
<ul style="text-align: justify;">
<li>
<h3>Melakukan Evaluasi Untuk Supplier Produk</h3>
</li>
</ul>
Poin ini harus diperhatikan bagi para pelaku usaha UMKM yang berfokus pada penjualan produk dari distributor atau supplier. Meskipun produk yang dijual berasal dari supplier, Sobat sebagai penjual tetap harus mengevaluasi kualitas produk yang Sobat dapatkan dari <a href="https://www.sobatbuku.com/article/64520255a0055bd9d757362d/Tips%20Memilih%20Supplier%20yang%20Tepat">supplier</a> tersebut, karena produk yang Sobat jual menjadi cerminan atau <a href="https://www.sobatpajak.com/article/63749c84c6df9c22701df49d/Ini%20Dia%20Cara%20Branding%20Produk%20untuk%20UMKM%20yang%20Menarik%20dan%20Efektif.">branding</a> dari tempat kegiatan usaha yang Sobat jalankan.
<ul style="text-align: justify;">
<li>
<h3>Memanfaatkan Feedback Dari Pembeli</h3>
</li>
</ul>
Guna meningkatkan kualitas pada produk, hal ini merupakan salah satu cara yang paling utama meningkatkan kualitas produk. <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63edcf2b2eaf429b8e973f12/Manfaat%20Review%20Pelanggan%20terhadap%20Usaha">Feedback</a> yang pembeli berikan bisa jadi acuan pelaku usaha dalam mengembangkan produk yang telah dijual. Misalnya Sobat merupakan pelaku usaha yang baru ingin menawarkan produk usaha Sobat, sebelum memproduksi produk tersebut dalam skala yang besar, lebih baik Sobat melakukan produk beta dan uji terlebih dahulu. Dengan mengeluarkan produk beta lebih dahulu, Sobat akan mendapatkan feedback pembeli, dari feedback tersebutlah Sobat dapat menyempurnakan produk pertama yang akan Sobat jual. Coba bayangkan apabila Sobat langsung mengeluarkan produk ke pasaran dan dalam jumlah besar, namun ternyata gagal, tentu hal ini akan sangat merugikan.
<ul style="text-align: justify;">
<li>
<h3>Belajar Dari Kompetitor</h3>
</li>
</ul>
Secara umum, para pelaku usaha akan menganggap kehadiran <a href="https://www.sobatbuku.com/article/649954ab6ddfbe64f4b51b8a/Ide%20Bisnis%20Sobat%20Ditiru%20Kompetitor%3F%20Ini%20Tips%20Menghadapinya!%C2%A0%C2%A0">kompetitor</a> sebagai lawan atau acaman dari berlangsungnya bisnis. Sebenarnya jika kita mengambil sisi positifnya, hadirnya kompetitor merupakan salah satu cara yang bisa pelaku usaha manfaatkan untuk mempelajari kekurangan dan kelebihan dari produk yang dijual. Pembanding yang dilakukan terhadap produk kompetitor lah yang dapat menciptakan strategi baru yang lebih nyata. Dalam hal ini, jadikan kompetitor sebagai target dalam meningkatkan kualitas, jika kompetitor memiliki target yang baik, maka itu sudah menjadi tugas pelaku usaha bagaimana caranya mengimbangi target tersebut atau bahkan melebihinya.
&nbsp;
Jika Sobat ingin mencari informasi lainnya terkait UMKM, perpajakan, dan berita terkini, silahkan kunjungi website kami di<a href="http://sobatbuku.com/"> Sobat Buku</a> dan<a href="http://sobatpajak.com/"> Sobat Pajak,</a> atau melalui media sosial kami di<a href="https://instagram.com/sobatpajak.id/"> Instragram</a> dan<a href="https://www.facebook.com/sobatpajak.id"> Facebook</a>.

Menjadi pengusaha atau pelaku bisnis tentunya sangat penting untuk memperhatikan produk yang dijual, terutama pada kualitas produk itu sendiri. Menjadi kuda hitam perekonomian Indonesia, tentunya UMKM harus benar-benar memperhatikan pengembangan terhadap produk.

UMKM Diminta Meningkatkan Kualitas Produk, Berikut Tipsnya!

Saat ini, franchise sangat digemari oleh banyak orang yang ingin <a href="https://www.sobatbuku.com/article/6487f50ca0055bd9d7580983/Mencari%20Peluang%20dalam%20Memulai%20Bisnis">mulai berbisnis</a>, hal ini dikarenakan franchise mudah dilakukan. Banyak juga orang yang memutuskan mengambil franchise, karena merasa bingung ingin memulai dari mana. Ibarat katanya, franchise sudah menjadi jalan pintas atau paket lengkap dalam memulai bisnis. Tapi ternyata mengelola franchise tidak semudah yang dibayangkan. Sehingga, sebelum mengambil franchise ada beberapa hal yang perlu dipelajari.&nbsp;&nbsp;
&nbsp;
<h3 style="text-align: justify;">Legalitas&nbsp;</h3>
<a href="https://www.sobatbuku.com/article/63eb67cb2eaf429b8e9733d7/Legalitas%20yang%20Dibutuhkan%20saat%20Mendirikan%20UMKM">Legalitas</a> dari franchise yang akan diambil menjadi aspek penting yang harus dilakukan. Seperti memastikan apakah franchise yang diincar sudah terdaftar di badan pemerintah. Tidak hanya itu, Sobat juga harus pastikan sudah memahami kontrak yang akan ditandatangani dengan baik. Dalam kontrak tersebut biasanya membahas mengenai kepemilikan franchise, seperti biaya, hak dan kewajiban yang perlu dilakukan , dan persyaratan lainnya.&nbsp;&nbsp;
<h3 style="text-align: justify;">Biaya&nbsp;</h3>
Penting sekali sebelum memutuskan untuk mengambil sebuah franchise, Sobat mempelajari semua <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63d253ff2eaf429b8e96d4c9/Perbedaan%20Biaya%20dan%20Beban">biaya</a> yang berhubungan dengan kepemilikan franchise. Seperti biaya pendaftaran, biaya iklan, biaya pelatihan, <a href="https://www.sobatpajak.com/article/6419785a99fb81039b3e5da1/Sobat%20Belajar%3A%20Mengenal%20Pengenaan%20Pajak%20atas%20Royalti%C2%A0">royalty</a>, dan sebagainya.&nbsp;&nbsp;
Pikirkan dan pastikan terlebih dahulu bahwa semua biaya tersebut mampu dipenuhi sebelum memutuskan akan mengambil franchise tersebut.&nbsp;&nbsp;
<h3 style="text-align: justify;">Produk dan Layanan&nbsp;</h3>
Banyak yang tertarik mengambil sebuah franchise karena produk dan layanan nya sudah teruji. Akan tetapi, agar tetap aware, pastikan bahwa produk dan layanan yang tersedia sesuai dengan <a href="https://www.sobatbuku.com/article/648973b5a0055bd9d7580f9f/Pebisnis%20Wajib%20Tahu%2C%20Ini%20Dia%20Tahapan%20dalam%20Melakukan%20Riset%20Pasar">kebutuhan pasar lokal</a>.&nbsp;&nbsp;
Pastikan kembali apakah produk dan layanan tersebut sudah terbukti berhasil di pasaran sebelumnya dan sesuai dengan kebutuhan atau preferensi pasar lokal.&nbsp;&nbsp;
<h3 style="text-align: justify;">Manajemen&nbsp;</h3>
Pastikan juga bahwa sistem manajemen yang disediakan oleh franchise tersebut cukup kuat untuk membantu ketika menjalankan bisnis tersebut. Sistem manajemen tersebut harus mencakup pelatihan, dukungan pemasaran, dukungan teknologi, dan sebagainya.&nbsp;
<h3 style="text-align: justify;">Reputasi&nbsp;</h3>
Hal terakhir dan paling penting sebelum memutuskan untuk mengambil franchise tersebut adalah pastikan bahwa <a href="https://www.sobatpajak.com/article/64a686f9742e2c2df2225ce8/4%20Cara%20Mudah%20Membangun%20Reputasi%20Bisnis%C2%A0%C2%A0">reputasi</a> franchise tersebut baik di pasar dan banyak orang yang merasa puas dengan bisnis franchise tersebut. Sobat bisa melakukan riset secara online dan setelah itu pelajari pengalaman &ndash; pengalaman dari orang lain yang sebelum nya pernah mengambil franchise tersebut.&nbsp;&nbsp;
&nbsp;
Itulah beberapa hal yang wajib Sobat perhatikan terlebih dulu sebelum berniat mengambil franchise. Mengambil franchise juga bisa menjadi sebuah pilihan menarik dan menguntungkan jika dilakukan dengan benar.&nbsp;&nbsp;
Tetap perhatikan hal &ndash; hal diatas, sehingga dapat mengurangi tingkat resiko dan lebih memastikan kesuksesan bisnis tersebut. Pastikan juga bahwa Sobat tertarik dengan bisnis yang akan dijalankan nantinya.&nbsp;&nbsp;
Dengan memperhatikan hal &ndash; hal diatas, Sobat bisa memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk berhasil dalam membangun bisnis franchise yang sukses. Good Luck!&nbsp;
Jika Sobat ingin mencari informasi lainnya terkait UMKM, perpajakan, dan berita terkini, silahkan kunjungi website kami di<a href="http://sobatbuku.com/"> Sobat Buku</a> dan<a href="http://sobatpajak.com/"> Sobat Pajak,</a> atau melalui media sosial kami di<a href="https://instagram.com/sobatpajak.id/"> Instragram</a> dan<a href="https://www.facebook.com/sobatpajak.id"> Facebook</a>.&nbsp;

Saat ini, franchise sangat digemari oleh banyak orang yang ingin mulai berbisnis, hal ini dikarenakan franchise mudah dilakukan. Banyak juga orang yang memutuskan mengambil franchise, karena merasa bingung ingin memulai dari mana. Ibarat katanya, franchise sudah menjadi jalan pintas atau paket lengkap dalam memulai bisnis. Tapi ternyata mengelola franchise tidak semudah yang dibayangkan. Sehingga, sebelum mengambil franchise ada beberapa hal yang perlu dipelajari.  

Jangan Ambil Bisnis Franchise, Kalau Belum Tahu Hal ini!

Keberhasilan negara dalam mengumpulkan pajak dari warga negaranya dapat bermanfaat bagi stabilitas ekonomi negara tersebut. Namun, banyak negara yang masih saja berkutat pada masalah-masalah perpajakan yang menghambat stabilitas ekonominya. Masalah kepatuhan pajak (tax compliance) yang mash rendah merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara yang menerapkan sistem perpajakan yang mengakibatkan adanya implikasi terhadap rasio penerimaan pajak. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, seperti modernisasi perpajakan, sosialisasi regulasi dan kebijakan berkesinambungan, penyempurnaan perangkat aturan yang sudah tidak kondusif, pengenalan kegiatan usaha Wajib Pajak, melaksanakan penegakan hukum secara konsisten, serta mengembangkan sistem pengelolaan database yang akurat, lengkap, terintegrasi dan terjamin kerahasiaanya.
Sebagai seorang Wajib Pajak, tentunya pribadi maupun badan yang memperoleh &lsquo;gelar&rsquo; ini tak lepas dari adanya Hak yang bisa didapatkan, dan Kewajiban yang harus dilakukan, Menjadi seorang Wajib Pajak tidak serta-merta hanya sebatas &lsquo;gelar&rsquo;, namun kepadanya dilimpahkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku. Berikut ini adalah Hak dan Kewajiban yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak, seperti:
&nbsp;
<h3>1. Hak Wajib Pajak</h3>
<ul>
<li style="text-align: justify;">Hak saat dilakukan pemeriksaan Wajib Pajak berhak memastikan tanda pengenal pemeriksa, mengkonfirmasi apakah ada surat perintah untuk pemeriksaan, memperoleh penjelasan terkait maksud dan tujuan dari pemeriksaan yang dilakukan, memperoleh rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63bfdf2360d23703c4f02ac5/Tahun%20Baru%20Waktunya%20Lapor%20SPT%20Tahunan">Surat Pemberitahuan (SPT)</a>, serta memiliki hak untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan.</li>
<li style="text-align: justify;">Hak mengajukan permohonan keberatan, banding, dan peninjauan kembali Adanya perbedaan persepsi antara hitungan Wajib Pajak dengan hitungan dalam <a href="https://www.sobatpajak.com/article/649aace433e4ece4dab2445d/Sobat%20Belajar%3A%20%20Mengenal%20Surat%20Ketetapan%20Pajak%20">Surat Ketetapan Pajak (SKP)</a> yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP), maka&nbsp; Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan keberatan, banding dan peninjauan kembali.</li>
<li style="text-align: justify;">Hak atas pajak lebih bayar Wajib Pajak berhak menerima pajak yang lebih dibayarnya dengan cara mengirimkan surat permohonan ke Kepala KPP atau melalui surat pemberitahuan, apabila pajak yang <a href="https://www.sobatpajak.com/article/6470731f99fb81039b3e651b/Sobat%20Belajar%3A%20Mengenal%20Restitusi%20dan%20Kompensasi%20Dalam%20PPN%20Lebih%20Bayar">dibayar melebihi</a> dari jumlah yang seharusnya dibayar oleh Wajib Pajak.</li>
<li style="text-align: justify;">Hak pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak Hak mendapat pengembalian pendahuluan atas kelebihan pembayaran pajak untuk <a href="https://www.sobatbuku.com/article/63d3a8ed2eaf429b8e96d884/PPN%20dan%20Cara%20Menghitungnya">PPN </a>dalam jangka waktu minimal satu bulan, dan untuk <a href="https://www.sobatbuku.com/article/6481855ea0055bd9d757f22f/PPh%20Kok%20Ada%20Banyak%3F%20Yuk%20Ketahui%20Perbedaannya">PPh</a> dengan jangka waktu tiga bulan yang terhitung sejak surat permohonan tersebut diterima oleh DJP, namun tidak semua Wajib Pajak dapat dengan mudah mendapatkan pengembalian pendahuluan ini, hanya bagi Wajib Pajak yang patuh dan tidak memiliki <a href="https://www.sobatpajak.com/article/649aa70d33e4ece4dab24453/Sobat%20Belajar%3A%20Pengakuan%20Pajak%20Sebagai%20Utang">utang pajak</a> lain.</li>
<li style="text-align: justify;">Hak mengangsur dan menunda pembayaran pajak Wajib Pajak juga berhak meminta permohonan pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh peraturan perpajakan, seperti bencana alam atau dalam kondisi yang sangat tidak memungkinkan untuk memenuhi kewajibannya.</li>
<li style="text-align: justify;">Hak kerahasiaan Wajib Pajak memiliki hak untuk dijaga kerahasiaannya terhadap semua informasi yang disampaikan kepada DJP sehubungan perpajakan. Seperti data dari pihak ketiga yang bersifat rahasia.</li>
<li style="text-align: justify;">Hak menunda penyampaian SPT Wajib Pajak memiliki hak mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT Tahunan PPh orang pribadi maupun PPh badan atas kondisi tertentu yang diatur berdasarkan undang-undang.</li>
<li style="text-align: justify;">Hak insentif perpajakan Wajib Pajak memperoleh hak untuk mendapatkan insentif perpajakan, seperti dalam hal sejumlah kegiatan atau Barang Kena Pajak (BKP) yang berhak untuk diberikan fasilitas pembebasan PPN. Contohnya, seperti pesawat udara, kereta api, kapal laut, atau perlengkapan TNI/Polri impor atau oleh Wajib Pajak tertentu diserahkan sekitar area pabean.</li>
<li style="text-align: justify;">Hak Pajak yang ditanggung pemerintah Wajib Pajak berhak mendapatkan bantuan terkait aspek perpajakan yang ditanggung oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan.</li>
</ul>
<h3 style="text-align: justify;">&nbsp;</h3>
<h3>2. Kewajiban Wajib Pajak</h3>
<ul>
<li style="text-align: justify;">Kewajiban Mendaftar Sesuai dengan ketentuan, Wajib Pajak harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP. Untuk Wajib Pajak Badan yang memenuhi ketentuan yakni melakukan penyerahan barang/jasa kena pajak dengan jumlah omzet melebihi 4,8 milyar setahun, wajib dikukuhkan sebagai <a href="https://www.sobatbuku.com/article/646736b8a0055bd9d7578845/Sobat%20Belajar%3A%20Apa%20Itu%20Pengusaha%20Kena%20Pajak%3F%20">Pengusaha Kena Pajak (PKP)</a>.</li>
<li style="text-align: justify;">Kewajiban dalam hal Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan Pajak Wajib Pajak harus melakukan penghitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak terutangnya sendiri yang sesuai dengan sistem perpajakan di Indonesia, yaitu self-assessment system.</li>
<li style="text-align: justify;">Kewajiban saat Diperiksa Kewajibannya seperti memenuhi panggilan untuk menghadiri pemeriksaan sesuai waktu yang ditentukan. Menunjukkan seluruh data dan informasi yang menjadi dasar yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas. Wajib Pajak juga wajib memberikan akses untuk memeriksa dan menyimpan data, memberi izin untuk memasuki tempat/ruang yang dianggap perlu dan membantu memperlancar proses pemeriksaan. Kewajiban lainnya adalah wajib menyampaikan tanggapan tertulis atau surat pemberitahuan hasil pemeriksaan.</li>
<li style="text-align: justify;">Kewajiban Memberikan Informasi/Data Wajib Pajak wajib menyampaikan informasi orang pribadi atau badan yang mewakili kegiatan/usaha, peredaran usaha, penghasilan dan/atau kekayaan orang yang bersangkutan. Serta informasi mengenai debitur, informasi transaksi keuangan, lalu lintas devisa, kartu kredit, dan laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan usaha yang disampaikan kepada lembaga lain selain DJP.</li>
</ul>
&nbsp;
Nah, itu dia informasi terkait Hak dan Kewajiban sebagai Wajib Pajak, semoga dapat menambahkan pengetahuan dan wawasan kalian ya Sobat.
Jika Sobat ingin mencari informasi lainnya terkait UMKM, perpajakan, dan berita terkini, silahkan kunjungi website kami di<a href="http://sobatbuku.com/"> </a><a href="http://sobatbuku.com/">Sobat Buku</a> dan<a href="http://sobatpajak.com/"> </a><a href="http://sobatpajak.com/">Sobat Pajak,</a> atau melalui media sosial kami di<a href="https://instagram.com/sobatpajak.id/"> </a><a href="https://instagram.com/sobatpajak.id/">Instragram</a> dan<a href="https://www.facebook.com/sobatpajak.id"> </a><a href="https://www.facebook.com/sobatpajak.id">Facebook</a>.

Keberhasilan negara dalam mengumpulkan pajak dari warga negaranya dapat bermanfaat bagi stabilitas ekonomi negara tersebut. Namun, banyak negara yang masih saja berkutat pada masalah-masalah perpajakan yang menghambat stabilitas ekonominya.

Artikel Sobat Pajak